Remember to love what you do, not only do what you love.
Quarter life crisis atau krisis seperempat abad adalah periode ketika seseorang berusia 18–30 tahun merasa tidak memiliki arah, khawatir, dan bingung akan ketidakpastian kehidupannya di masa mendatang. Umumnya, kekhawatiran ini meliputi masalah relasi, percintaan, karier, dan kehidupan sosial. Tidak hanya itu, orang yang mengalami quarter life crisis bahkan kerap mempertanyakan eksistensinya sebagai seorang manusia. Ada juga orang yang sampai merasa bahwa dirinya tidak memiliki tujuan hidup lagi.
Menurut peneliti dan pengajar Psikologi dari University of Greenwich, London, Dr. Oliver Robinson, ada empat fase dalam quarter life crisis. Pertama, perasaan terjebak dalam suatu situasi, entah itu pekerjaan, relasi, atau hal lainnya. Kedua, pikiran bahwa perubahan mungkin saja terjadi. Ketiga, periode membangun kembali hidup yang baru. Keempat adalah fase mengukuhkan komitmen baru terkait ketertarikan, aspirasi, dan nilai-nilai yang dipegang setelah mengalami quarter life crisis.
Beberapa kondisi yang sering memicu terjadinya quarter life crisis di antaranya adalah sebagai berikut.
- Mengalami masalah pekerjaan atau finansial.
- Merencanakan karier dan masa depan.
- Menjalani hidup mandiri dan hubungan romantis yang serius untuk pertama kalinya.
- Mengalami putus cinta setelah menjalani hubungan yang serius sekian lama.
- Melihat teman sebaya sudah mencapai impiannya lebih dulu.
- Membuat keputusan pribadi atau profesional yang akan bertahan dalam jangka waktu yang lama.
Anxiety atau kecemasan penyebab quarter life crisis dapat dibagi menjadi kecemasan internal dan eksternal. Kecemasan internal muncul ketika seseorang memiliki tuntutan dan ekspektasi yang tinggi terhadap dirinya sendiri yang kemudian tidak tercapai. Sementara itu, kecemasan eksternal muncul ketika ada orang lain mengomentari diri kita yang belum berhasil mencapai suatu hal yang kita inginkan.
Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa menjadi tanda seseorang sedang mengalami quarter life crisis.
- Merasa terjebak dalam situasi yang tidak disukai karena hanya mengikuti lingkungan sekitarnya.
- Merasa bingung dan sulit membuat keputusan ketika dihadapkan dengan beberapa pilihan mengenai masa depannya.
- Kurang motivasi dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
- Sulit menentukan apakah harus menjalani hidup sesuai dengan keinginan diri sendiri atau sesuai dengan tuntutan keluarga dan masyarakat.
- Khawatir akan tertinggal dalam ketidakpastian hidup seorang diri.
- Merasa iri dengan teman sebaya yang sudah lebih dulu mencapai impiannya.
Apabila tidak dihadapi dengan bijak, quarter life crisis bisa berubah menjadi depresi. Meskipun setiap orang memiliki coping mechanism yang berbeda-beda, tetapi ada beberapa hal dasar yang bisa dilakukan untuk menghadapi quarter life crisis.
- Berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Selalu berpikir positif dengan jalan yang sudah digariskan oleh Tuhan karena di setiap perjalanan hidup pasti ada hal-hal baik yang tidak terduga. Lini masa kehidupan setiap orang berbeda-beda, fokuslah dengan lini masa milik kita sendiri.
- Mengubah kebingungan dan keraguan menjadi tindakan untuk menemukan tujuan baru. Kita tidak bisa membuat semua orang bahagia, karena itu lakukan hal-hal yang rasional, positif, dan kita mampu saja.
- Temukan orang-orang yang bisa mendukung kita dan jauhi orang-orang yang memberikan dampak negatif di kehidupan kita. Kita tidak harus memiliki lingkaran pertemanan dengan anggota yang banyak karena yang terpenting adalah kualitas orang-orang di sekitar kita. Sebisa mungkin kelilingi diri kita dengan orang-orang yang pengertian, tulus, dan membawa positive vibes.
- Belajar mencintai dan berdamai dengan diri sendiri sepenuhnya. Selain merawat diri, kita juga harus menghargai kekurangan dan kelebihan yang kita miliki. Kekurangan tersebut sebisa mungkin kita minimalisasi sedangkan kelebihan yang ada kita optimalisasi. Melalui cara tersebut, rasa percaya diri kita akan tumbuh sehingga kecemasan akibat perkataan orang lain tidak akan muncul. Jangan lupa untuk selalu bersyukur agar kita tidak
Selain memperhatikan kesehatan mental, jangan lupa untuk merawat diri, berolahraga, dan mengonsumsi makanan yang bergizi untuk kesehatan fisik. Jangan ragu dan malu untuk meminta bantuan profesional seperti psikolog dan psikiater apabila quarter life crisis sudah tidak dapat ditangani sendiri.
Jangan selalu memandang quarter life crisis sebagai sesuatu yang negatif. Bisa jadi saat kita berada di titik terendah, muncul niat untuk berbuat baik kepada orang lain sebagai bagian dari menolong diri sendiri. Hadapi quarter life crisis dengan berani sampai kita sudah merasa cukup dengan diri kita sendiri sehingga tidak membutuhkan pengakuan dari orang lain lagi.