Halo, sobat remaja!
Di episode RISETalk kali ini, kita akan membahas topik “Kesehatan Mental atau Karir ?” Yang akan dibahas ditemani oleh narasumber kita yaitu kak Wilda Kumalasari. Kak Wilda merupakan mahasiswa magister psikologi di Universitas Gadjah Mada. Sebagai seorang mahasiswa psikologi, isu kesehatan mental khususnya dalam karir menjadi topik concern untuk dibahas.
Setelah pandemi Covid 19, masalah mental lebih banyak dialami oleh orang-orang di usia produktif yaitu di usia 17-29 tahun. Menurut surveinya, di usia tersebut lebih banyak tekanan mental khususnya kecemasan, depresi, dan trauma-trauma psikologis. Di Indonesia sendiri, orang-orang dengan usia produktif memiliki bonus demografi di mana orang-orang usia produktif jumlahnya banyak. Tapi, jika tidak diimbangi dengan kesehatan mental yang baik tentu saja akan berpengaruh ke produktivitas kerjanya.
Lantas apakah culture pekerjaan sangat berkaitan dengan kesehatan mental?
Kak Wilda menjelaskan, orang yang tepat akan bekerja di tempat yang tepat. Maksudnya culture pekerjaan masa kini sangat bermacam-macam, kita bisa memilih mana lingkungan yang tepat untuk kita. Akan sangat berisiko jika lingkungan kerja yang kita pilih tidak sesuai dengan diri kita sendiri. Termasuk dalam pemilihan karier, jika kita memilih jurusan tidak sesuai dengan minat dan bakat, itu akan memicu risiko. Apalagi jika pekerjaan itu memiliki banyak tekanan, pasti kita juga jadi kurang termotivasi untuk mengerjakan tugasnya dan kita juga akan merasa tidak mampu untuk melakukannya. Yang akhirnya akan membuat kita memutuskan untuk keluar kerja. Oleh karena itu, akan sangat bagus kalau kita memilih lingkungan kerja yang sesuai dengan diri kita. Makannya penting juga, kita mengetahui diri kita itu seperti apa, kita memiliki potensi apa, minat apa, dan ingin mempunyai karier seperti apa.
Saat pandemi covid-19 banyak perusahaan yang membuat peraturan work from home atau with. Tapi, apakah with juga bisa mempengaruhi kesehatan mental?
Sebenarnya itu tergantung masing-masing orang, loh. Maksudnya kalau seseorang sudah bertahun-tahun bekerja dengan model wfo, kemudian tiba-tiba dihadapkan wfh, dan tidak bertemu dengan rekan kerja, mungkin memang ada beberapa yang harus diadaptasi. Begitu juga dengan seseorang yang bertahun-tahun kerja dengan model wfh, kemudian tiba-tiba dihadapkan dengan wfo, pasti seseorang itu pun harus beradaptasi. Jadi, bukan berarti tidak mampu beradaptasi, with maupun wfo itu netral jadi pengaruhnya tergantung masing-masing orang. Jika lengkungannya toxic, nah itu baru sangat terpengaruh ke kesehatan mental seseorang. Seharusnya tempat kerja itu kan menjadi tempat jenjang karier dan tempat untuk berkembang. Nah, tempat bertumbuh pun seharusnya menjadi tempat yang sangat positif. Jika kita berada dilingkungan yang kurang positif, mungkin bisa saja keluar, tapi ada juga hal yang menuntut kita bertahan yaitu ekonomi. Itu sebabnya kita harus menjadi independent. Maksudnya kita harus memahami diri kita sendiri dan tahu cara meregulasi diri kita sendiri dan meregulasi emosi kita. Agar tidak terpengaruh dengan hal yang di luar kendali kita.
Dan karena tuntutan ekonomi ini, banyak yang lebih mementingkan gaji daripada kesehatan mental. Tapi, apakah mementingkan gaji daripada kesehatan mental memiliki resikonya?
Menurut kak Wilda, besaran gaji tidak bisa dikesampingkan juga. Karena besaran gaji menjadi salah satu motivasi kita dalam bekerja dan besaran gaji pun mempengaruhi seseorang secara psikologis. Selain besaran gaji, penting juga untuk kita mengetahui culture dari lingkungan kerja yang kita masuki. Karena kesehatan mental sangat berkaitan dalam pekerjaan yang kita ambil. Contohnya pertama, produktivitas kita meningkat kalau kita sehat secara mental. Kedua, tentu saja kita sebagai manusia ingin hidupnya bahagia dan damai, terus klau misalkan ditempat kerja kita penuh tekanan, cemas, dan sedih terus-terusan. Berarti hidup kita jauh dari kata bahagia dan damai. Dan sebenarnya lingkungan kerja juga harus mewujudkan kondisi yang bagys untuk kesehatan mental karyawan. Misalnya, menyediakan tempat curhat dan menghentikan culture yang menyakiti karyawan.
Apa yang harus kita lakukan untuk menjaga kesehatan mental dalam berkarir?
Yang pertama, kenali dirimu. Karena dengan kamu mengenali diri kamu, kamu bisa menentukan tempat kerja yang sesuai diri kamu, dan karier yang sesuai juga dengan kamu. Yang kedua, tau potensi diri kita. Dan yang ketiga, kita perlu melatih regulasi diri kita atau regulasi emosi kita sendiri. Tidak hanya itu, kita pun harus merubah mindset kita agar lebih produktif dengan berbagai macam cara. Contohnya yang pertama, kita harus tahu dulu tujuan atau motivasi hidup kita yang membuat produktif apa, dan yang terakhir, kita harus berada dilingkungan yang produktif, biar kita juga jadi semangat.