Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara komprehensif dan tidak semata-mata hanya melihat sistem reproduksi perempuan dan laki-laki. Kesehatan reproduksi penting diajarkan kepada remaja karena merupakan suatu konsep yang harus dipahami sampai dewasa. Selain itu, pada masa remaja terjadi banyak perubahan fisik dan mental yang terkadang menyebabkan kebingungan.
Fase remaja memiliki tiga tahapan yang harus dipahami, yaitu:
- Remaja awal (10—14 tahun): masalah pubertas berupa menstruasi, mimpi basah, jerawat, pertumbuhan rambut-rambut halus di tubuh, perubahan suara, tumbuhnya jakun.
- Remaja tengah (15—19 tahun): mulai mengenal cinta dan pasangan lawan jenis.
- Remaja akhir (20—24 tahun): mulai merencanakan tahap kehidupan selanjutnya.
Di Indonesia tidak ada kurikulum mengenai pendidikan seksualitas sehingga edukasi seksual pertama kali harus dilakukan dari rumah. Orang tua dapat belajar mengenai kesehatan reproduksi dan tumbuh kembang anak melalui berbagai macam bahan bacaan baik buku maupun artikel di internet. Namun, para orang tua harus tetap pintar dalam memilahnya. Selain belajar sendiri, orang tua juga bisa bekerja sama dengan guru di sekolah anak.
Jangan lupa bahwa setiap anak memiliki karakter dan fisik yang berbeda-beda sehingga orang tua harus bisa memproyeksikan dirinya sendiri dalam kehidupan mereka. Orang tua harus menjadi teman bagi anak dan melakukan komunikasi dua arah yang setara apabila anak memiliki pertanyaan mengenai reproduksi. Sebisa mungkin, orang tua tidak menabukan edukasi mengenai kesehatan reproduksi karena saat ini anak-anak muda sudah berpikiran sangat kritis. Meskipun begitu, pemberian pendidikan kesehatan reproduksi harus tetap dibersamai dengan pendidikan agama dan norma yang berlaku. Edukasi seksual juga harus diberikan sesuai dengan tahapan usia remaja.
Ayah dan ibu memiliki kedudukan yang setara dalam pengasuhan anak karena anak adalah tanggung jawab kedua orang tua. Dalam mengasuh anak, harus ada teamwork dan tidak boleh ada perbedaan pola asuh antara ayah dan ibu. Tidak peduli berapa jumlah anak yang dimiliki, yang terpenting adalah cara orang tua dalam memperlakukan dan merawat setiap anak dengan setara dan sebaik-baiknya.
Apabila remaja tidak mendapatkan edukasi seksual, beberapa risiko yang bisa terjadi yaitu:
- Tidak siap dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya.
- Cenderung melakukan kegiatan yang berisiko seperti seks bebas.
- Terjadinya kehamilan tidak diinginkan (KTD) dan aborsi tidak aman.
- Pernikahan dini karena KTD.
Untuk remaja yang sudah aktif secara seksual harus melakukan kegiatan seksual yang aman dengan menggunakan kondom dan tidak berganti-ganti pasangan. Namun alangkah baiknya apabila remaja tidak berhubungan seksual sebelum menikah. Cara mengatasi keinginan untuk melakukan hubungan seks di luar nikah di antaranya sebagai berikut.
- Mendekatkan diri kepada Tuhan.
- Memahami batasan perbuatan yang baik dan buruk.
- Memilih teman yang membawa pengaruh positif.
- Mendekatkan diri kepada orang tua.
Jadilah remaja yang bertanggung jawab bagi diri sendiri, orang tua, dan lingkungan sekitar karena pada akhirnya setiap orang akan tumbuh dewasa dan merasakan kehidupan yang sesungguhnya. Ingat, remaja harus berani untuk berencana ya!