Bulan Maret setiap tahunnya selalu diperingati sebagai Women’s March karena dirayakannya International Women’s Day (Hari Perempuan Internasional) pada tanggal 8 Maret. Tahun 2021 ini, tema yang diangkat adalah #ChooseToChallenge. Dari tema tersebut, perayaan IWD berfokus pada perayaan pencapaian yang berhasil diraih oleh para perempuan, meningkatkan kesadaran terhadap perilaku bias, dan aksi-aksi untuk mencapai kesetaraan gender.
Meskipun secara biologis laki-laki dan perempuan memiliki peran yang berbeda, tetapi dalam kehidupan sosial keduanya setara. Perempuan harus percaya diri dan tidak boleh merasa minder dengan pencapaian yang dimiliki oleh laki-laki. Adanya kesempatan yang sama dalam berbagai aspek seperti pendidikan harus dimanfaatkan oleh perempuan untuk dapat memiliki pencapaian, karya, dan prestasi yang sama dengan laki-laki.
Perempuan memiliki potensi dan kekuatan untuk membawa pengaruh di masyarakat dan mengubahnya ke arah yang lebih baik. Agar tidak dipandang sebelah mata di masyarakat, perempuan harus bisa meningkatkan kualitas dan nilai dari dirinya sendiri. Selain dengan bekerja keras, tips untuk mengembangkan diri yaitu dengan mengikuti passion yang dimiliki. Setiap orang baik laki-laki maupun perempuan dilahirkan dengan bakat dan kemampuan yang berbeda-beda. Kita harus mengenali kemampuan diri kita sendiri kemudian belajar untuk memahami dan mengembangkannya. Selain belajar secara formal di bidang yang diminati, kita juga dapat mengikuti kursus atau perlombaan.
Selain tantangan kesetaraan gender, perempuan juga menghadapi ancaman berupa pelecehan seksual. Banyaknya kasus pelecehan seksual yang viral di media sosial cukup membuat miris. Namun, kasus-kasus tersebut hanyalah puncak dari gunung es kasus pelecehan lain yang korbannya tidak berani untuk speak up. Faktor penyebab korban pelecehan seksual tidak berani speak up salah satunya adalah adanya stereotip dari masyarakat bahwa menjadi korban adalah sebuah aib yang harus disembunyikan. Stereotip tersebut akhirnya akan mengarah pada perilaku victim blaming atau menyalahkan korban, bukan pelaku.
Speak up merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh korban pelecehan seksual agar ceritanya dapat didengar. Cerita dari penyintas pelecehan seksual tersebut dapat membantu orang lain lebih waspada terhadap para pelaku pelecehan seksual sehingga tidak ada lagi yang menjadi korban. Keberanian untuk melakukan speak up juga dapat menular ke korban pelecehan seksual yang lain.
Apabila remaja yang menjadi korban pelecehan takut untuk bercerita kepada orang tuanya, mereka dapat bercerita kepada psikolog atau LSM yang bergerak di bidang pemberdayaan perempuan. Pihak-pihak tersebut selain tidak memberikan stigma juga akan menjaga privasi korban pelecehan seksual.
Dengan semakin banyaknya penyintas pelecehan seksual yang berani untuk berbicara, masyarakat harus diberi edukasi mengenai pentingnya mendengarkan cerita mereka. Perlahan-lahan, budaya victim blaming harus dihilangkan agar masyarakat tidak lagi menganggap pelecehan seksual sebagai aib dan memberikan stigma buruk bagi korban.
Perempuan merupakan makhluk yang hebat, mereka mampu terus bertahan di antara himpitan masyarakat patriarkis. Ingat selalu ya Sobat Remaja, kita sebagai perempuan mampu menjalani peran apapun yang kita mau dan tidak harus memilih satu peran tunggal. Dukungan yang tulus antara sesama perempuan harus dieratkan karena kita menanggung perjuangan yang sama. Selamat merayakan Women’s March untuk semua perempuan hebat di Indonesia!