Toxic relationship adalah sebutan untuk suatu hubungan yang tidak sehat sehingga meracuni dan menyakiti orang-orang yang terjebak di dalamnya. Toxic relationship terjadi ketika salah satu pihak mendominasi sehingga ada ketimpangan relasi yang lebih banyak memberikan rasa sakit daripada kebahagiaan. Orang-orang yang menjadi korban biasanya akan merasa tidak nyaman, aman, dan ketakutan. Di Indonesia, kasus yang terjadi lebih banyak menimpa perempuan sebagai korban penindasan.
Kekerasan dalam toxic relationship memiliki tiga bentuk yaitu fisik, mental, dan finansial. Kekerasan fisik merupakan bentuk yang paling mudah terlihat, seperti adanya bekas lebam akibat pemukulan. Di sisi lain, kekerasan mental tidak bisa terlihat secara langsung dan seringkali dianggap normal. Tindakan seperti pengekangan, intimidasi, sikap posesif, serta perampasan kemerdekaan hingga korban tidak memiliki privasi biasanya terjadi karena latar belakang budaya dan agama pelaku. Terakhir, kekerasan finansial melalui tindakan memaksa korban untuk membiayai hidup pelaku. Perilaku tersebut biasanya berawal dari meminta username dan password akun media sosial, perbankan, dan e-wallet.
Tantangan saat ini lebih berat karena adanya kemajuan teknologi, banyak kasus intimidasi penyebaran foto atau video pribadi korban di media sosial. Hal ini disebut juga dengan sextortion atau tindakan pemerasan dengan ancaman mengekspos konten pribadi seseorang untuk mendapatkan sesuatu, mulai dari kontrol hingga uang. Ancaman yang datang dari pasangan atau mantan pasangan biasanya dilakukan dengan motivasi untuk melecehkan, mempermalukan, dan mengendalikan korban.
Apabila pasangan kita mulai meminta foto atau video pribadi, username dan password akun media sosial, e-wallet, atau rekening bank, hingga mengintai kita ke mana saja, itu adalah tanda dari toxic relationship. Kita harus menyadari red flags tersebut dan segera memutuskan hubungan demi kebaikan diri sendiri. Kita bisa mulai dari memutus jalur komunikasi kemudian mencari lingkungan yang aman dan teman yang bisa dipercaya untuk menghilangkan jejak dari pelaku. Jangan sungkan untuk mencari bantuan profesional dari LBH atau teman yang bisa membantu secara hukum. Apabila sudah berkeluarga dan memiliki anak, kita bisa mengurus hak asuh anak ke KPAI.
Apabila ada teman yang terjebak di dalam toxic relationship, kita bisa menemani untuk bercerita dan membantu kapan saja. Apabila kalian merasa menjadi korban toxic relationship dan ingin bercerita juga bisa menghubungi kontak RISE Foundation. Awalnya mungkin akan merasa takut dan insecure, tetapi kita bisa melampaui rasa insecure tersebut. We need partner, we don’t need a project. Value kita sebagai manusia tidak ditentukan dari apa kata orang, you’re totally okay with yourself. Orang yang mencintai dengan benar tidak akan pernah membelenggu kehidupan kita, mereka akan menjaga dan mendukung kita untuk mencapai cita-cita.