Skip to content

LET'S DO SOME

READING

RISETalk #21: Membangun Boundaries dalam Hubungan Romantis

Setting boundaries merupakan sebuah tindakan untuk membentuk batasan yang tidak terlihat antara diri sendiri dan dunia luar. Tubuh kita bisa dianalogikan sebagai rumah dan personal boundaries merupakan pagar yang membatasi dan mengatur siapa saja yang boleh masuk ke rumah tersebut. Membangun batasan dapat diterapkan dalam berbagai sisi kehidupan, mulai dari kehidupan profesional, keluarga, sampai hubungan percintaan.

Boundaries dikategorikan menjadi 3 macam yaitu boundaries yang kaku, fleksibel, dan lemah. Boundaries yang kaku ibarat benteng yang tidak dapat ditembus sehingga kita cenderung mementingkan diri sendiri daripada pasangan. Contohnya ketika pasangan berbohong, kita langsung menghentikan hubungan tanpa mengetahui alasannya untuk berbohong. Sebaliknya, boundaries yang lemah seolah menunjukkan tidak ada batasan apapun dan kita cenderung lebih mementingkan pasangan.

Boundaries yang fleksibel memungkinkan orang lain untuk melihat ke dalam kehidupan kita. Ketika menerapkan boundaries yang fleksibel, kita akan menggali alasan dan penyebab terjadinya suatu masalah dalam suatu hubungan. Kemudian, kita akan mengambil keputusan terkait hubungan tersebut dengan hati-hati. Masalah yang tidak mengganggu prinsip hidup kita, masih bisa ditoleransi dan dimaafkan dengan tetap memberikan pengertian pada pasangan bahwa tindakannya mengecewakan. Jenis batasan ini merupakan healthy boundaries yang sebaiknya diterapkan dalam kehidupan kita.

Ciri-ciri lain dari flexible boundaries dalam hubungan romantis yaitu:

  1. Kita dan pasangan memiliki kebutuhan yang sama akan satu sama lain.
  2. Adanya keselarasan antara apa yang kita pikirkan dan kita lakukan. Apa yang kita inginkan harus sesuai dengan apa yang kita ucapkan. Misalnya kita tidak suka dibohongi, maka kita harus mengatakan ketidaksukaan tersebut ke pasangan.

Namun, tidak semua orang dapat mengelola batasan yang fleksibel karena beberapa alasan. Orang-orang yang memiliki boundaries yang kaku tidak selalu disebabkan oleh sifat egois, tetapi bisa juga karena trust issue dari hubungan sebelumnya. Sangat wajar ketika seseorang belum bisa memaafkan diri sendiri dan menerima orang lain setelah mengalami pengalaman yang menyakitkan. Oleh karena itu, untuk orang-orang yang masih memiliki luka masa lalu sebaiknya melakukan healing terlebih dahulu sebelum menjalin hubungan baru.

Dalam hubungan romantis ada dua unsur yang sangat penting yaitu closeness and distance. Kita membutuhkan kedekatan, kelekatan, dan koneksi tetapi juga harus ada jarak dan ruang untuk diri sendiri. Kegagalan dalam mebangun boundaries dalam hubungan bisa mengakibatkan ketidakseimbangan dua hal tersebut. Sebagai panduan, kita bisa melakukan hal- hal berikut untuk membangun boundaries yang baik dengan pasangan.

  1. Refleksi diri mengenai hal-hal apa yang paling penting dalam diri kita. Contohnya ada orang yang dalam hubungan romantisnya tetap mengedepankan kemandirian atau kebebasan sehingga kurang nyaman ketika bertukar informasi pribadi dengan pasangan. Apabila kita termasuk orang seperti itu, kita tidak perlu menyanggupi apabila pasangan meminta informasi seperti kata sandi media sosial.
  2. Memahami ingin memiliki hubungan romantis yang seperti apa, misalnya monogami, poligami, open relationship, dan sebagainya.
  3. Tentukan batasan-batasan yang ingin dibuat. Dalam hubungan romantis, batasan yang paling sering dibahas yaitu finansial, seksual, dan emosional. Tentukan terlebih dahulu batasan masing-masing kemudian bicarakan dengan pasangan tentang kemauan kita. Batasan dapat berubah seiring berjalannya waktu dengan persetujuan kedua belah pihak, karena itu tetap jaga komunikasi satu sama lain.

Kita tidak bisa menyamaratakan boundaries setiap pasangan. Orang lain mungkin biasa saja melihat pasangannya bersahabat dengan lawan jenis, tetapi bisa jadi kita akan cemburu. Apabila masih sulit menentukan boundaries, sebaiknya kenali terlebih dahulu ketakutan-ketakutan pribadi kita. Jangan sampai ketakutan tersebut menjadi kenyataan di tangan pasangan kita.

Highlight

Article

Kick Off the 2nd Year of KOPAJA

On the first day of the activity, the agenda began with remarks from RISE Foundation representatives and the reading and signing of the cooperation contract. The main session discussed reflections on the implementation of the Urban Futures 2024 programme, with discussions on obstacles, lessons learned, and improvements that need to be made in 2025. One of the major changes is the adjustment of the cooperation model with CAI organisations, where in the future, KOPAJA will no longer refer to one particular organisation in involving inclusivity. This change aims to open up wider collaboration opportunities with various other inclusion organisations.

Read More »
Article

YOUTH NUTRITIATIVE II

RISE Foundation supported by the Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) Indonesia is committed to encouraging inclusive and meaningful youth participation in the fulfilment of the right to nutrition information and access to healthier, safer, affordable, responsible and less wasteful food for adolescents in Indonesia.
This commitment is realised through the Youth Nutritative (Nutrition Innovative) batch II initiative. Youth Nutritiative II is a continuation of the previous Youth Nutritiative programme which focused on issues such as healthier food choices, food labelling, food categorisation, and accessibility.

The programme is implemented from August to December 2024 by involving youth organisations from various backgrounds and issue focuses to collaborate in creating an ecosystem that supports the right to nutrition information, and access to healthy and sustainable food.

Read More »