Kondisi iklim dari tahun ke tahun mengalami perubahan yang signifikan. Data dari NOAA atau Badan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat menunjukkan bulan Juli 2021 merupakan bulan terpanas di dunia. Bumi mencetak rekor suhu terpanas setiap tahun, dengan kata lain suhu di Bumi selalu meningkat setiap tahunnya.
Perubahan iklim menjadi penyebab naiknya suhu di permukaan global. Selain kenaikan suhu, banyak bencana alam yang terjadi karena perubahan iklim. Menurut BMKG, peningkatan suhu dan perubahan cuaca ekstrem menyebabkan bencana hidrometeorologi di Indonesia seperti kebakaran hutan, longsor, banjir, angin kencang serta kekeringan pada lahan.
Krisis iklim terjadi tidak hanya disebabkan oleh kerusakan lingkungan, tetapi berakar juga dari kebijakan stakeholder, perekonomian, bahkan adat istiadat masyarakat setempat. Perubahan iklim juga dipengaruhi oleh adanya intergenerational injustice. Intergenerational injustice terjadi ketika kebijakan yang diambil dan dilakukan oleh stakeholder pendahulu berdampak buruk dan dirasakan oleh generasi muda saat ini. Oleh karena itu, diperlukan upaya lintas sektor untuk mengurangi dampak dari krisis iklim.
Kerusakan akibat perubahan iklim masih dapat diperbaiki apabila kita berkomitmen untuk mencapai net zero pada tahun 2030. Net zero merupakan sebuah kondisi di mana emisi karbon yang diproduksi oleh kegiatan manusia berjumlah sama dengan emisi karbon yang dikeluarkan melalui atmosfer bumi. Apabila target tersebut tidak bisa tercapai, dampak dari perubahan iklim akan menjadi irreversible. Oleh karena itu, saat ini merupakan critical moment untuk kita melakukan climate action.
Keadaan Bumi di masa depan dapat membaik atau memburuk, tergantung dengan apa yang kita lakukan saat ini. Sehat tidaknya Bumi kita juga akan memengaruhi kehidupan manusia yang tinggal di dalamnya, mulai dari kesehatan tubuh, pilihan karir, tempat tinggal, sampai alat hidup yang digunakan. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim di antaranya:
- Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
- Mengurangi konsumsi daging merah. Proses produksi daging merah sangat tidak ramah lingkungan, mulai dari pengelolaan peternakan sapi sampai daging tersebut sudah diolah. Untuk memelihara sapi diperlukan lahan yang luas dan tidak jarang didapatkan melalui proses penebangan hutan. Satu lahan itu hanya untuk peternakan, belum perkebunan untuk menanam makanan sapi. Oleh karena itu, peternakan sapi termasuk salah satu penyumbang carbon, water, dan ecological foot print tertinggi di dunia.
- Menggunakan kendaraan umum ketika bepergian.
Anak-anak muda saat ini sangat kreatif, inovatif, dan passionate dalam mencari solusi untuk menanggulangi climate change. Selain melakukan hal-hal di atas, kita juga bisa melakukan climate action sendiri yang lebih unik. Untuk mengetahui apa yang ingin kita lakukan, kita bisa memulai dengan empat pertanyaan berikut.
- “What brings me joy?”. Climate action harus dilakukan secara berkelanjutan dalam jangka waktu yang lama, tidak bisa hanya dilakukan sekali. Oleh karena itu, melakukan hal yang membuat kita bahagia akan mencegah kebosanan dan menjamin sustainability aksi iklim kita.
- “What are you good at?” atau apa keterampilan kita. Aksi iklim tidak hanya dilakukan melalui kegiatan di alam. Mulai dari keterampilan desain grafis, bermusik, sampai membuat kerajinan dapat kita lakukan untuk mendukung climate action.
- “What needs to be done?” atau “where to be best contribute?”.
- “What is your community?” atau “who can we help best?”. Jika pertanyaan ketiga terfokus kepada lokasi climate action dilakukan, pertanyaan keempat ini fokus kepada siapa yang akan kita bantu. Tidak semua sektor perlu diperbaiki sehingga kita perlu memilih salah satu sektor yang benar-benar memerlukan bantuan kita. Misalnya, ada masyarakat adat yang memerlukan bantuan untuk menyelamatkan alam tempat tinggalnya. Kita bisa melakukan publikasi melalui media sosial agar dunia mengtahui mereka. Kita juga bisa memulai dari komunitas di sekitar kita seperti kelompok pemuda atau persekutuan di gereja. Melalui komunitas-komunitas tersebut, kita bisa melakukan climate action yang dampaknya lebih luas daripada aksi yang dilakukan secara individu.
Apabila kita ingin serius menjadi aktivis lingkungan, kita bisa bergabung di komunitas pecinta lingkungan. Di komunitas-komunitas tersebut, kita bisa mendapatkan mentor yang akan membimbing climate action kita. Selain di komunitas, kita juga bisa berguru dari orang-orang di sekitar kita yang concern dengan perubahan iklim.
Salah satu komunitas lingkungan yang cakupannya luas adalah The Climate Reality Project. The Climate Reality Project merupakan sebuah organisasi yang didirikan pada tahun 2006 oleh Al Gore, mantan wakil presiden Amerika Serikat. Organisasi ini didirikan untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya aksi nyata untuk menyelamatkan Bumi. Saat ini, Climate Reality Project beranggotakan banyak orang dari berbagai latar belakang, mulai dari aktivis, pemimpin budaya, sampai ilmuwan. Di Indonesia, The Climate Reality Project dimanajeri oleh Amanda Katili. Selain TCRT, kita bisa mengikuti berita tentang climate change dan climate action melalui akun-akun media sosial seperti @greenpeaceid, @unclimatechange, @climate_institute, @climatereality, @chicksforclimate, @nasaclimatechange, dan @climaterealityina.