Impostor syndrome adalah suatu kondisi di mana seseorang meragukan dirinya sendiri bahkan ketika dia berhasil meraih hal-hal baik di kehidupannya. Biasanya, mereka akan merasa bahwa keberhasilan tersebut hanyalah keberuntungan semata. Impostor syndrome terjadi karena kepercayaan diri seseorang terus menerus ditekan oleh orang lain, misalnya melalui kata-kata yang menjatuhkan, body shaming, penghakiman, atau bullying. Sindrom tersebut juga dapat terjadi ketika seseorang merasa tidak percaya diri dengan kondisi fisiknya. Beberapa ciri-ciri orang yang mengidap impostor syndrome yaitu:
- Selalu mempertanyakan kemampuannya sendiri.
- Merasa insecure dan tidak percaya diri.
- Tidak merasa pantas mendapatkan keberhasilan yang diraihnya.
- Tidak berani untuk mencoba tantangan baru.
- Mudah berkecil hati ketika menghadapi sebuah persaingan.
Impostor syndrome yang muncul memiliki hubungan yang kuat dengan body shaming yang terjadi pada seseorang. Ketika orang-orang terus memberikan komentar buruk mengenai tubuh kita, secara tidak sadar kita akan merasa malu dan tidak percaya diri. Akhirnya, kita melakukan body shaming kepada diri sendiri. Tindakan body shaming tersebut secara tidak sadar kita lakukan melalui hal-hal kecil seperti mengkhawatirkan angka yang muncul di timbangan berat badan atau mengomentari senyum kita di foto-foto yang kita miliki.
Apabila dilihat lebih jauh, body shaming sudah sering kita dapatkan sejak kecil. Mulai dari komentar guru di sekolah, orang tua teman, sampai keluarga besar yang selalu menemukan kekurangan fisik kita. Hal tersebut membuat kita terbiasa mendengarkan perkataan orang lain terhadap diri kita. Dampak body shaming yang paling sering dialami adalah insecurity. Perasaan insecure membuat seseorang merasa tidak pernah cukup baik atas dirinya sendiri karena dia masih terpengaruh oleh tekanan dari orang-orang di sekitarnya. Selain insecurity, dampak lain dari body shaming yaitu timbulnya rasa tidak percaya diri, merasa tidak pernah puas dengan apapun yang dimiliki, serta terkekang dengan mindset yang berpikiran buruk tentang diri sendiri.
Impostor syndrome dapat dimiliki oleh semua orang tetapi akan menjadi berbahaya apabila porsinya lebih besar dari rasa percaya diri orang tersebut. Cara mengatasi impostor syndrome dapat kita mulai dari mencari tahu apa penyebabnya. Kemudian, lakukan reality check untuk menyadari ketakutan yang kita rasakan merupakan hal yang bisa diatasi. Ketika kita sudah berani menghadapi ketakutan tersebut, fokus kepada diri sendiri tanpa membandingkan dengan orang lain. Mulai lakukan segala hal dengan ikhlas, tanpa mengharapkan imbalan apapun. Selanjutnya, kita memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri.
Selain impostor syndrome, kita juga harus memulai dari diri kita sendiri untuk menghentikan body shaming. Langkah awal yang bisa kita lakukan yaitu memperlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan. Namun, apabila orang lain berperilaku buruk kepada kita sebaiknya kita tetap membalas dengan kebaikan. Selain itu, berhenti mengurusi ranah pribadi orang lain dan memilih lingkaran pertemanan yang memberikan dampak positif untuk kesehatan mental. Setelahnya, kita harus belajar untuk menerima dan memperlakukan diri sendiri dengan baik.
Apabila kita mampu, kita bisa menggunakan perkataan body shaming sebagai motivasi positif untuk mengembangkan. Misalnya ketika orang lain mengatakan kita gendut dan berjerawat, kita menjadi rajin merawat kulit dan mulai memperhatikan pola makan. Kita boleh berubah karena keinginan sendiri tanpa tekanan dari orang lain. Hal tersebut akan menumbuhkan rasa cinta terhadap diri sendiri.
Namun, tidak semua orang dapat melihat sisi positif dari body shaming. Beberapa orang bahkan sampai mengalami pergolakan batin dan melakukan hal-hal negatif. Impostor syndrome dan body shaming dapat menyebabkan gangguan mental. Oleh karena itu, jangan pernah meremehkan perilaku body shaming sebagai candaan bahkan sampai melontarkan perkataan “kamu begitu doang kok baper, sih”.
Kita semua cantik ketika menjadi diri sendiri. Standar kecantikan yang menuntut seseorang harus bertubuh kecil, tinggi, berkulit putih, dan sebagainya hanyalah standar yang dibuat oleh masyarakat. Kita tidak perlu mengikuti standar tersebut agar bisa disebut cantik. Kecantikan adalah hal yang sangat flesibel dan tidak pakem.
Poin utama dari menerima diri sendiri adalah kita tidak bisa memuaskan semua orang. Sebaik apapun kita, pasti akan ada sekumpulan orang yang merasa diri kita masih buruk. Mereka akan selalu menemukan hal-hal baru pada diri kita untuk dikomentari. Pahami bahwa setiap orang bahagia dengan caranya masing-masing. Berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Semua orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing dan sekarang saatnya kita saling menyatukannya untuk memperkuat satu sama lain.