Halo Sobat Remaja !
Di suatu siang yang terik, Raisa baru saja selesai bermain basket dengan teman-temannya. Hari itu matahari seolah sedang membakar bumi tanpa ampun. Rasa haus yang mencekik tenggorokan, membuat Raisa membeli sebotol minuman dingin dengan rasa buah.
Sungguh manis dan segar. Perut terasa lapar, Raisa juga membeli keripik kentang dan mi instan siap saji di toko tadi. Duh, rasanya enak banget. Makan mi goreng ditemani minuman dingin dan keripik kentang.
Sobat remaja, pernahkah kalian mengalami hal yang sama dengan Raisa? Jika iya, apakah kalian pernah membaca label pangan yang ada di kemasan makanan ringan yang kalian konsumsi?
Dalam banyak kasus, umumnya kita jarang membaca label pangan di kemasan. Alasannya beragam, mulai dari tidak paham, tidak sempat, atau tidak tahu apa fungsi label pangan.
Dalam RISETalk edisi 43 ini, RISE bersama Kak Gavra berbincang lebih jauh tentang salah satu program RISE Foundation, yakni Health Heroes. Program ini merupakan bentuk kepedulian RISE terhadap isu kesehatan remaja Indonesia, khususnya tentang label pangan olahan.
Dikutip dari laman BPOM, label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan olahan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan olahan, dimasukan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan.
Sambutan Hangat untuk Program Health Heroes
Adanya program Health Heroes hadir untuk membantu kita, khususnya remaja dalam mengetahui dan memahami label pangan olahan dan bagaimana pengaruhnya terhadap kesehatan.
Lewat program ini, RISE Foundation ingin mengajak para remaja untuk sadar akan otoritas dirinya. Dengan mengetahui gizi apa yang akan mereka dapatkan dari makanan lewat label pangan.
Program ini telah dilaksanakan sejak 3 bulan lalu, dan masih berjalan hingga saat ini. Dengan metode peer-to-peer learning, program ini telah mendapatkan 19 orang health heroes facilitator. Mereka semua kemudian memberikan edukasi kepada 114 anak muda lainnya di wilayah Jabodetabek dan beberapa kota di Jawa Timur.
Tanpa disangka, program edukasi label pangan ini mendapatkan berbagai sambutan hangat dari masyarakat. Kak Gavra bercerita, awalnya ia merasa akan diremehkan karena isu label pangan terdengar sepele bagi banyak orang. Namun yang terjadi justru sebaliknya.
“Waktu kita ke perpustakaan nasional itu pesertanya banyak banget. Sampai 300 orang. Aku berlima sama teman-teman health fasilitator, terus kita cerita isu ini, dan mereka follow up seru banget sampai DM di Instagram. Alhamdulillah output yang kita dapat bagus-bagus banget.”
Kak Gavra bahkan menyebutkan, tidak hanya anak muda yang tertarik dengan isu ini. Beberapa orang dewasa yang ditemuinya juga mengatakan bahwa isu ini cukup jarang dibahas, dan mereka sangat mendukung adanya program Health Heroes ini.
Mengapa Isu tentang Label Pangan Olahan Penting untuk Dibahas?
Banyak orang yang menganggap label pangan sebagai formalitas kemasan belaka. Bagaimanapun juga kita hidup di zaman di mana makanan kemasan sudah menjadi bagian hidup masyarakat.
Kandungan gizi dalam suatu makanan adalah salah satu faktor pendukung perkembangan dan pertumbuhan badan kita. Sobat tentunya cukup familiar dengan maraknya sebagian remaja yang mengalami diabetes, stunting, hingga asam urat. Padahal penyakit tersebut, umumnya terjadi di usia tua.
Hal ini disebabkan salah kaprah tentang makanan kemasan, serta minimnya edukasi soal gizi makanan. Sebagai contoh, satu botol minuman rasa buah berukuran 200 ml mengandung 20 gram gula.
Sedangkan kebutuhan gula orang dewasa hanya 50 gram saja per hari. Bayangkan, jika dalam satu hari kita mengonsumsi lebih dari satu minuman rasa buah, berapa asupan gula yang sudah kita dapatkan? Belum lagi ditambah makanan ringan seperti biskuit yang juga mengandung gula.
Sehingga program Health Heroes ini merupakan kampanye aksi yang perlu mendapatkan dukungan dari berbagai pihak dan instansi. Aksi ini nantinya akan menjadi langkah awal yang baik untuk mengurangi masalah stunting yang saat ini tengah menjadi fokus pemerintah.