Penulis: Nadia
Editor: Tamaya
Halo, Sobat Remaja!
Kalian pernah mendengar istilah FOMO? Sekarang ini istilah FOMO sering kali didengar melalui media sosial terlebih di kalangan remaja. Sebenarnya apa itu FOMO? Dan bagaimana fenomena ini terjadi di kalangan remaja?
FOMO atau Fear of Missing Out merupakan suatu fenomena di mana seseorang sangat memedulikan apa yang dilakukan dan dipikirkan orang lain sampai merasa tertinggal dan takut akan pemikiran orang lain.
FOMO sebenarnya didasari oleh perasaan rendah diri, kesal, gugup, dan tidak cukup ketika merasa ketinggalan suatu informasi atau kejadian. Perasaan gelisah yang muncul akibat tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis. Selain itu, seseorang yang takut kehilangan momen dapat terkena FOMO, karena rasa bosan dengan rutinitas yang dijalani sehingga cenderung memiliki rasa penasaran tinggi terhadap setiap trend yang ada.
Penelitian Computers in Human Behaviour (2013 dalam Akbar et al, 2018), FOMO cenderung dialami oleh masyarakat yang berusia di bawah 30 tahun. Berdasarkan penelitiannya di Kota Samarinda, 50% remaja lebih sering mengalami FOMO dibandingkan orang dewasa. Hal tersebut disebabkan penggunaan media sosial yang intens dan golongan remaja berada di tahapan pembentukan jati diri.
Gejala FOMO dapat diketahui seseorang yang mengalami beberapa hal seperti berikut (Abel, 2016).
- Setiap saat selalu merasa cemas dan gelisah.
- Tidak bisa lepas dari handphone dan media sosial.
- Terobsesi dengan feedback dari orang lain seperti komentar, likes, dan sebagainya.
- Terobsesi untuk selalu memamerkan segala kegiatan yang dilakukan.
Orang yang mengalami FOMO akan merasa cemas dan gelisah ditandai dengan adanya keinginan untuk selalu terhubung pada kehidupan orang lain. Media dari FOMO adalah penggunaan media sosial atau internet. Akibat dari FOMO (Akbar et al, 2018) adalah:
- Merasa rendah diri
- Gangguan kecemasan sosial
- Depresi
- Stress
- Penghinaan
- Merasa kesepian
- Bertingkah irasional
- Gangguan tidur
- Hilang nafsu makan
- Hubungan dengan orang di sekitar tidak baik
Ada beberapa kasus yang pernah terjadi yang disebabkan oleh FOMO. Salah satu contohnya adalah pada tahun 2016 terdapat siswa SMP di Koja, Jakarta Utara yang tewas terjatuh dari lantai 5 gedung kosong akibat berfoto selfie. Contoh lainnya berasal dari wanita Florida yang meninggal akibat terpeleset ke jurang di Grand Canyon setelah posting foto di Instagram.
Media sosial memainkan peran penting dalam fenomena FOMO. Di media sosial, pengguna diberi kebebasan akses ke informasi dan update kehidupan orang lain. Muncul keinginan untuk selalu mengikuti trend dan update yang kian lama kian mudah dan menagih. Resiko kecanduan media sosial membuat seseorang merasa takut ketinggalan. Dari penelitian Akbar (2018), responden menyatakan bahwa dengan mendapat likes dan komentar membuat ia merasa senang dan dikenal banyak orang sehingga ia terus mengikuti trend yang ada agar tidak kehilangan ketenaran. Selain itu, adanya timbul perasaan iri terhadap orang lain dan menganggap kehidupan orang lain lebih bahagia dari hidupnya sendiri. Hal ini berarti bahwa orang-orang merasa senang menerima feedback positif dan membuat dirinya selalu lebih baik di mata orang lain.
Pada intinya FOMO dapat mengakibatkan seseorang selalu mengalami gangguan kecemasan sosial dan bahkan rendah diri. Orang yang mengalami fenomena ini akan cenderung memiliki kecanduan internet dan media sosial yang ekstrim. Mereka akan merasa kesal dan cemas jika handphone tidak tersambung ke internet, melakukan segala cara agar terus terhubung dengan internet, dan terlalu lama berselancar di internet sehingga melupakan kewajiban-kewajiban dalam kehidupan seperti belajar, beribadah, maupun beraktivitas lain.
Dalam mengatasi FOMO, langkah yang diterapkan tidak harus dengan menanggalkan media sosial sekaligus. Dapat dilakukan pembatasan dalam penggunaan media sosial, serta berupaya mengubah pola pikir bahwa setiap orang mempunyai kehidupan yang berbeda. Belajar untuk selalu terhubung pada orang-orang yang mengalami hal sama sehingga tidak merasa sendirian dan kesepian.
Referensi:
Abel, J. P. (2016). Social Media and the Fear of Missing Out. Scale Development and Assessment. Journal of Business & Economics Research – First Quarter, 14 (1): 47-65.
Akbar, R. S., Aulya, A., Psari, A. A., & Sofia, L. (2019). Ketakutan Akan Kehilangan Momen (FoMo) Pada Remaja Kota Samarinda. Psikostudia : Jurnal Psikologi, 7(2), 38. https://doi.org/10.30872/psikostudia.v7i2.2404
Desjarlais, M., & Willoughby, T. (2010). A longitudinal study of the relation between adolescent boys and girls’ computer use with friends and friendship quality: Support for the social compensation or the rich-get-richer hypothesis? Computers in Human Behavior, 26, 896e905. http://dx.doi.org/10.1016/j.chb.2010.02.004.
Moreno, M. A., Jelenchick, L. A., Egan, K. G., Cox, E., Young, H., Gannon, K. E., et al. (2011). Feeling bad on facebook: Depression disclosures by college students on a social networking site. Depression and Anxiety, 28(6), 447e455. http://dx.doi.org/10.1002/da.20805.
Li, X., Newman, J., Li, D. P., & Zhang, H. (2016). Temperament and adolescent problematic Internet use: The mediating role of deviant peer affiliation. Computers in Human Behavior, 60, 342e350. http://dx.doi.org/10.1016/j.chb.2016.02.075.
Oberst, U., Wegmann, E., Stodt, B., Brand, M., & Chamarro, A. (2017). Negative consequences from heavy social networking in adolescents: The mediating role of fear of missing out. Journal of Adolescence, 55, 51–60. https://doi.org/10.1016/j.adolescence.2016.12.008
Bloemen, N., & De Coninck, D. (2020). Social Media and Fear of Missing Out in Adolescents: The Role of Family Characteristics. Social Media and Society, 6(4). https://doi.org/10.1177/2056305120965517
Durkee, T., Kaess, M., Carli Vladimir, P., Peter Wasserman, C., Floderus, B., Wasserman, D. (2012). Prevalence of pathological internet use among adolescents in Europe: Demographic and social factors. Addiction, 107(12), 2210–2222. https://doi.org/10.1111/j.1360-0443.2012.03946.x